Wali Kota dan Tokoh Agama Serukan Persatuan Pada Perayaan Imlex 2570
Pada Perayaan tahun baru Implek 2570 yang diselenggarakan oleh Majelis Agama Konghucu Indonesia (Makin) Kota Tegal, Wali Kota Tegal, M. Nursholeh dan beberapa tokoh agama serukan pentingnya menjaga persatuan bangsa. Acara yang diselenggarakan, Sabtu, (9/2) di gedung Shangrila ini mengangkat tema “Susilawan selalu rukun, walau berbeda”.
Dalam sambutannya Wali Kota Tegal, M Nursholeh mmengingatkan pentingnya menjaga persatuan bangsa ditengah hiruk pikuk kampanye Pemilihan Presiden dan legislatif.
Ia menyampaikan bahwa tema yang diangkat dalam perayaan imlek sesuai dengaan kondisi saat ini, dimana dalam waktu dekat Bangsa Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan umum, dimana fukung mendukung kontestan begitu ramai.
Nursholeh, berharap agar proses kampanye dan pemilu 2019 bisa berjalan dalam suasana amman dan harmonis, jangan sampai kita melakukan hujatan dan membuka aib orang lain di depan umum atau melalui media sosial. Ia mendorong agar dalam membangun demokrasi dilaksanakan dengan saling menghormati.
Ketua Makin KotabTegall Lie Ing Lyong, dalam sambutanya juga berpesan agar perayaan Imlek bukan hanya sekadar berpesta pora, tapi dirayakan dengan hikmat. Pria yang akrab disapa Gyong Gyong ini mengaku sengaja mengundang seluruh tokoh lintas agama dalam perayaan imlek 2570 ini, untuk menunjukan bahwa warga Konghucu dan Tionghoa pada umumnya hidup berdampingan dan rukun dengan semua pemeluk agama di Indonesia.
Gyong Gyong berharap, tahun baru imlek 2570 bisa menjadikan momentum untuk hidup lurus dan bisa melatih diri agar menjadi orang sabar, “Baik itu penting, namun lebih penting lagi menjadi orang baik”, tutur Gyong Gyong.
Sementara itu Ushkup Gereja Katholik dari Purwokerto yang sengaja diundang dalam acara tersebut, Mgr. Christophorus Tri Harsono menyampaikan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari beragam agama dan etnis, dan menurutnya ini merupakan anugerah dari Tuhan. Menurut Crhistophorus Tri Harsono kita ciptaan Tuhan yang sama, dan punya hak dan kewajiban yang sama terhadap bangsa dan negara bahkan dunia, dan sudah seharusnya kita bertanggung jawab merawat persatuan dan kesatuan bangsa.
Senada dengan Ushkup Crhistophorus Tri Harsono, ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Abuchaer Annur menyampaikan keanekaragaman budaya, suku, agama dan adat istiadat merupakan sebuah kekayaan bangsa, bersatu dalam perbedaan, itulah Indonesia. Menurutnya menjaga persatuan merupakan kewajiban semua warga negara.
Ketua MUI juga menyinggung pelaksanaan Pilpres dan Pileg mendatang, Ia mempersilahlan memilih siapapun pilihan presidennya, namun yang terpenting menurutnya kerukunan harus dijaga, tidak boleh karena berbeda pilihan kemudian berselisih yang berakibat pecahnya persatuan bangsa.