Perlombaan Panjat Pinang Sudah Dikenal Sejak Zaman Belanda.
TEGAL – Hampir seluruh daerah banyak menyelenggarakan kegiatan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Bahkan jenis kegiatan tersebut bertakjub perlombaan, yang melibatkan anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan orangtua. Jenisnya pun beragam dan memiliki keunikan yang beragam antara daerah satu dengan daerah yang lainnya. Kegiatan perlombaan dalam rangka HUT RI biasa disebut Perlombaan Tujuh Belasan atau kalau masyarakat Kota Tegal biasa menyebutnya Pitulasan. Jenis perlombaannya pun diantaranya lomba makan kerupuk, pentung pendil, balap karung, tarik tambang, tegongan, rokrokan,blodor, dan lomba panjat pinang atau pucang.
Hadiah pun dihadirkan untuk para pemenang oleh para panitia penyelenggara, berupa barang bahkan ada yang berupa uang.
Namun dewasa ini, masyarakat tak banyak yang mengetahui tentang asal muasal tradisi perlombaaan dalam rangka tujuh belasan tersebut. Meski perlombaan tersebut dilakukan setiap tahunnya.
Menurut budayawan kelahiran Tegal, Wijanarto bahwa kegiatan perlombaan untuk menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia sudah berlangsung seusai kemerdekaan. Ada pula sumber yang mengatakan bahwa sejak sekitar tahun 1950 an sudah jamak dilakukan. Ada perlombaan yang dapat dikatakan berasal pada masa Belanda yakni Perlombaan Panjat Pinang atau biasa orang Tegal menyebutnya Pucang.
Dulu, panjat pinang digelar sebagai hiburan saat perayaan penting orang Belanda di bumi Indonesia, pesta pernikahan, misalnya. Kala itu juga penduduk pribumi berlomba-lomba mendapatkan hadiah yang digantungkan di puncak pohon pinang.
‘’Perlombaan panjat pinang sudah ada masa kependudukan Belanda, hal itu ada karena sebagai peringatan atau perayaan hari ulang tahun Ratu Belanda’’, papar Wijanarto. Senin (14/8)
Beberapa arsip arsip nasional dapat ditemuai beberapa foto dan dokumentasi yang memperlihatkan perlombaan panjat pinang sudah ada pada waktu dulu.
Dalam perlombaan tersebut ada pelajaran yang bisa dipetik dan menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu nilai kebersamaan dan tanggung jawab. Tidak ada keberhasilan tanpa kerjasama untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan, Itulah pokok dari perlombaan panjat pinang tersebut.
Namun perkembangnya zaman, panjat pinang bukan lagi sebagai peringatan Ratu Belanda, namun lebih untuk mengenang momen sejarah baru. Begitu pula tentang perlombaan balap karung, makan krupuk, itu semua sebagai wujud mengenang semangat rakyat dan sebagai pengingat kita mengenai perjuangan dan pengorbanan dalam kemerdekaan.
Nah, bagi kita tentu harus melestarikan perlombaan tradisional Indonesia, seperti yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal pada Sabtu (12/8) di Alun-alun Kota Tegal.
Disaat Negara lain sedang mencari tahu keberadaan kearifan lokal dan permainan tradisionalnya, Indonesia justru kaya akan kearifan lokal dan permainan tradisional. Sudah tentu ini sebagi kebanggan tersendiri bagi kita. Mari jaga dan lestarikan kearifan lokal bangsa Indonesia. Merdeka!
(S.Mu’min/Wartabahari.com)