Menilik Kegiatan di Kampung Literasi Kelurahan Panggung

TEGAL-Kampung Literasi Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal digagas Doktor Yusqon sejak sepuluh tahun lalu. Sejarah dibentuknya kampung literasi tersebut, Doktor Yusqon menceritakan, bermula saat disertasinya yang terkait Long Life Education.

“Sejak itu, maka lahirlah Taman Baca Masyarakat Sakila Kerti yang merupakan kilas balik pertama kali memberdayakan masyarakat dengan komunitas baca dan menulis”, kata Yusqon, Selasa (25/4) kepada Wartabahari.com

Selain itu, usai menyelesaikan program Doktor di UNNES Semarang, Yusqon bertemu dengan Wali Kota Tegal kala itu. Saat itu Pemerintah Kota Tegal mencanangkan Tegal Cerdas.

“Setelah bertemu, Pak Wali menyarankan untuk menerapkan konsep long life education di Terminal Tegal. Sebab, hasil disertasi saya cocok apabila diterapkan di Terminal Tegal. Nah, itu awal lahirnya TBM di Terminal Tegal, tepatnya 11 Desember 2013”, imbuh Yusqon, yang juga penggagas sekolah terminal.

Di kampunya sendiri, Kelurahan Panggung tepatnya di RW IV, Yusqon mendirikan sebuah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sekolah tersebut untuk memberdayakan warga yang kurang untuk mendapatkan layanan pendidikan.

Dilokasi itu pula, dijadikan sebuah Kampung Literasi. Seluruh jalan kecil di Gang III diwarani pernak pernik literasi. Seperti lukisan, buku, gambar dan sebagainya. “Jalan diberi warna warni, filosofinya warna memberikan perubahan. Kalau orang melintasi jalan tersebut, kemudian ada warna-warni ceria maka dengan suasana hati orang tersebut akan ikut senang”, ungkap Yusqon.

Yusqon pun mengatakan Camat dan Lurah menyambut baik adaya Kampung Literasi tersebut. Peringatan Hari Buku Sedunia, 23 April 2018, Yusqon mengatakan bahwa buku adalah masa depan. Menurutnya, buku ditulis untuk memberikan pengetahuan dan manfaat.

Untuk memperingati Hari Buku tersebut, Yusqon mengatakan, berbagai kegiatan digelar yang berpusat di Kampung Literasi itu. Salah satunya, peringatan Hari Kartini yang diikuti oleh siswa PAUD bersama Orang Tuanya. Jadi, anak dan ibu mengenakan baju kebaya.

“Biasanya, saat melaksanakan Hari Kartini hanya anak saja yang mengenakan baju kebaya. Disini, Ibu harus bisa mengkader anaknya. Sehingga anak juga harus tahu, dirias maksudnya apa? Tidak hanya sebatas mengenakan kebaya saja”, ujar Yusqon.

Selain itu, di TBM Sakila Kerti di kawasan Terminal Kota Tegal digelar pula Kartini Award 2. Para siswa didik disana, belajar bercerita, membaca buku yang disuka, membaca puisi dan sebagainya. Adanya Kampung Literasi semata-mata sebagai upaya untuk meningkatkan minat baca dan menjaga agar kegiatan literasi terus berdenyut. (Sa. Amin/Wartabahari.com)

[posts title="Most from this category" title_type="left" type=normal-two item_nr=4 offset=3]