Pendidikan Karakter Melalui Gerakan Literasi Sekolah
TEGAL – Penyelenggaraan Seminar Nasional di Universitas Pancasakti Tegal pada Kamis (23/3) yang diselenggarakan oleh Progdi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah tentang Gerakan Literasi Sekolah menghadirkan guru bedar dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Prof. Dr. Suroso, M.Pd.
Dalam pemaparannya Suroso menyampaikan bahwa Pendidikan karakter melalui Gerakan Literasi Sekolah tidak menjadi trend manakala hanya dijadikan komoditi, promosi dalam dunia pendidikan. Pendidikan karakter yang pertama dan utama, tidak dilaksanakan dalam pendidikan formal saja tetapi dalam pendidikan informasi dikeluarga, meluas di masyarakat dan bangsa. Pendidikan karakter selalu berhubungan dengan persoalan integritas, contoh dan perilaku. Integritas mampu memunculkan berbagai aspek pengembangan karakter utama seperti jujur, disiplin dan bertanggung jawab. Kegiatan membaca, mengamati berbagai fenomena dan mampu melaksanakannya.
Pendidikan karakter selalu berproses dan tidak pernah selesai dilakukan oleh individu. Prose situ terus menerus dilakukan untuk penyempurnaan. Seorang yang tidak pernah susah, akan sangat menghargai oranglain jika ia belajar betapa susahnya menjadi seorang susah. Seorang yang tidak pernah berbagi, akan menyerahkan milik kepunyaannya ketika menyaksikan solidaritas bahkan pengorbanan orang-orang miskin.
Pendidikan karakter tidak bisa dijadikan terobosan apalagi bersifat instant atau seketika. Pembentukan karakter yang mantap tidak muncul hanya dilakukan di sekolah, Namun, demikian pendidikan karakter dapat dilakukan di sekolah dengan menyosialisasikan dan melakukan karakter utama seperti solidaritas, toleransi, penghargaan, kejujuran, tanggung jawab dalam masyarakat yang multicultural. Sebagai anggota masyarakat siswa berkembang baik berdasar etnisitas dan identitas nasional memiliki perspektif global dan mengidentifikasi sebagai warganegara yang baik dan merasa jadi komunitas dunia.
‘’Contoh pendidikan karakter sebagai proses dilaksanakan di sekolah yang dikelola oleh lembaga agama seperti SMA Kolese John De Britto di Yogyakarta untuk tingkat pendidikan SMA. Namun, sekolah tersebut tidak pernah mengklaim dirinya sekolah untuk membentuk karakter tetapi semua siswa dari berbagai kepercayaan dan etnis memiliki integritas yang mantap melalui proses pendidikan karakter yang dilakukan secara terus menerus’’, papar Suroso. (S.Mu’min)
\