Workshop Penyusunan Soal Uji Kompetensi Berbasis CBT
Uji Kompetensi (UKOM) merupakan upaya untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi hasil belajar calon Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Upaya ini bertujuan untuk standarisasi kemampuan TTK dalam menjalankan profesinya ke depan.
Dalam upaya mempersiapkan lulusan yang kompeten, pada Selasa (30/7) Program studi (Prodi) D3 Farmasi Politeknik Harapan Bersama (PHB) menginisiasi mengadakan workshop dan pelatihan penyusunan pembuatan soal UKOM berbasis CBT (Computer Based Test) di Kampus I Gedung A Laboratorium 2 Farmasi, Jl. Mataram No. 9 Tegal.
Wakil Direktur I PHB Arfan Haqiqi S, M.Kom dalam pembukaannya mengatakan keberhasilan program studi dalam mencetak lulusan yang terstandarisasi secara nasional yaitu dengan adanya UKOM agar mendapatkan sertifikat kompetensi. “Maka dengan adanya kegiatan workshop ini diharapkan para dosen lebih memahami proses atau cara pembuatan dan penyusunan soal-soal UKOM dengan baik dan benar berbasis CBT (Computer Based Test) sebagai proses akhirnya, dan juga bisa menambah bank soal bagi dosen atau prodi sendiri tentunya,” tegas Arfan.
Sebanyak 28 dosen D3 Farmasi PHB mengikuti workshop tersebut. Tujuan dilaksanakan kegiatan workshop ini adalah semua dosen sudah terlatih dalam membuat soal CBT yang nantinya mengarah pada soal-soal UKOM, dan menghasilkan templa atau butir soal yang dapat disimpan sebagai bank soal.
“Workshop ini membahas tentang upaya-apaya prodi Farmasi dalam menghadapi UKOM serta untuk melatih kemampuan menulis dosen sekaligus menghasilkan templat atau butir soal yang nantinya dapat disimpan bank soal,” ujar Kepala Prodi Heru Nurcahyo, S.Farm.,M.Sc.,Apt.
Lebih lanjut, “Sebelumnya para dosen hanya bisa membuat soal dengan metode cek poin biasa, belum terstandar secara CBT, sehingga diharap dengan adanya pelatihan ini, semua dosen sudah terlatih dalam membuat soal CBT yang nantinya mengarah pada soal-soal Ukom.
Narasumber workshop tersebut perwakilan dari APDFI (Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia) Yustisia Dian Advistasari, M.Sc., Apt. Yustisia mengungkapkan bahwa masih banyak dosen yang melakukan kesalahan dalam membuat struktur soal. “Mahasiswa seringkali sulit menjawab pertanyaan, itu bukan karena sulitnya materi yang diujikan namun lebih sulitnya mahasiswa menjawab ditimbulkan oleh struktur soal tersebut”, tegas Yustisia.