Spasi Gelar Diskusi Memahami Isi Pikiran Penerbit dan Penulis
Tegal – Setelah sukses dengan kegiatan ngbrol bareng Agus Noor minggu lalu, semalam (27/2) Spasi Creative Space menghadirkan diskusi dengan menghadirkan Penerbit Marjin Kiri. Diskusi tersebut untuk mengupayakan bagaimana memahami isi pikiran penulis untuk menerbitkan karya-karyanya.
Marjin Kiri adalah Penerbit kritris independen yang menghadirkan buku-buku terpilih di bidang sosial, ekonomi, politik, sastara, sejarah dan filsafat yang didirikan oleh Ronny Antonius bersama kawan-kawannya pada tahun 2005.
Dalam diskusi tersebut Ronny memberikan pemaparan bagaimana penulis awal yang ingin menerbitkan karya-karyanya harus tahu karakter penerbitan tesebut. ‘’Kawan-kawan yang ingin menerbitkan karyanya, minimal harus mengetahui penerbitan itu sendiri, karya yang dikirim apakah masuk kreteria dari penerbit itu sendiri,’’ ujar Ronny.
Ronny menambahkan bahwa penerbit juga memiliki syarat naskah-naskah yang di terima terutama dari jenis naskah yang diterima. ‘’Kami memiliki standar dan jenis karya yang akan kami terbitkan, tidak serta merta menerbitkan semua karya. Setiap hari banyak email masuk ke penerbit kami dan itu pun dapat dirasakan oleh penerbit-penerbit lain.
Saran saya adalah untuk penulis, buatlah kesan pertama yang menyenangkan dan buatlah sinopsis yang menarik mungkin, karena dengan banyaknya naskah yang masuk keterbatasan membaca itu kadang dirasakan. Dari sinopsislah nanti ada tindak lanjut pendalaman naskah tersebut.’’ Ujarnya.
Sedangkan Wicaksono Wisnu Legowo yang merupakan Direktur Program di Spasi mengatakan, dengan adanya forum diskusi tersebut nantinya dapat memunculkan penulis muda yang memberanikan diri untuk mengirimkan karyanya ke penerbit.
‘’Saya berharap ada penulis Tegal yang memberanikan diri menyetorkan naskahnya ke penerbit, hinga Tegal bermunculan penulis-penulis hebat yang mempu menembus penerbit besar,’’ ujar Wisnu.
Hadir juga dalam kegiatan tersebut seniman Apito Lahire, Joko SCT, Andi Kustomo, komunitas teater dan penulis di Tegal serta beberapa komunitas penulis dari Pemalang, Brebes.
Foto: Nur Cloliq