Roro Ireng, Sekelumit Kisah yang Mengharu Biru

TEGAL – Rangkaian Festival Teater Tegal dihari terakhir menempatkan Teater Gemblong Tegal dalam pementasan sesi pertama dihari terakhir. Dengan membawakan lakon karya Nurhidayat Poso, Teater Gemblong dengan apik membius penonton dengan property yang dihadirkan dan kisah yang menarik. Sabtu (1/12) sore.

Dengan mengisahkan kehidupan perempuan bernama Roro Ireng yang terjerumus dalam limbah prostitusi pinggiran membuat alur dan konflik pertunjukan tersebut menarik ditonton. Roro Ireng, korban kebiadaban suaminya dulu membuatnya terjun dan kabur bersama warga kaum pinggiran kota. Nampaknya tidak semata-mata profesi seorang pekerja seks komersial dimata masyarakat tidak diterima, namun Roro Ireng sangat diterima oleh kaum pinggiran kota. Rasa kebersamaan yang kental, cinta dan kenyamanan ditengah puing-piung reruntuhan kota.

Adalah Godak, pria yang jatuh hati kepada Roro Ireng, dengan kesungguhan hati dan keiklasan menerima apapun kondisi Roro Ireng membuat pertunjukan tersebut menjadi mengharu biru.

Ketika Roro Ireng dan kawan-kawan kaum pinggiran akan digusur oleh Broto, konflik makin memanas. Dan ternyata Broto merupakan bekas suami Roro Ireng. Karena Brotolah Roro Ireng Terjun menjadi wanita kotor. Kemarahan Roro Ireng kepada masa lalunya itu membuat kalap, sebilah pisau berhasil mencabut nyawa Broto melalui tangan kanan Roro Ireng.

Sutradara Roro Ireng Faozan Suwage menyampaikan bahwa banyak yang dipetik dari kisah Roro Ireng. Sisi sosial pingiran mewakili kehidupan ditengah masyarakat kita. ‘’Problem kaum pinggiran yang begitu kompleks, harus kita pahami dan kita rangkul bersama. Karena meraka adalah saudara kita. Tokoh Roro Ireng dengan latar belakang yang sangat rumit mampu bertahan dan tetap semangat meski dilihat dari sisi kemanusiaan dan agama sangat bertolak belang,’’ ujarnya.

[posts title="Most from this category" title_type="left" type=normal-two item_nr=4 offset=3]