Batik Tegal, Motif Primitif yang Makin Cantik
TEGAL – Tanggal 2 Oktober yang diperingati sebagai Hari Batik Nasional merupakan bentuk nyata dalam melestarikan budaya Indonesia. Hampir setiap wilayah di Indonesia memiliki ragam batik yang berbeda. Salah satunya Batik Tegal. Munculnya Batik Tegal tak terpisahkan dari berbagai pengaruh, seperti berpakaian batik yang dibawa Raja Amangkurat I dan R. A Kardinah sebagai isteri Bupati Tegal, R.M. Sejitno Reksonegoro IX yang menjabat tahun 1908-1936. Melalui sekolah putri Wisma Pranawa (Sekolah Kepandaian Putri) dimana salah satu mata pelajaran dalam kurikulum mengajarkan pola membatik.
Berkembangnya zaman, Batik Tegal menurut Budayawan Yono Daryono jauh sebelum Raja Amangkurat I hadir di Tegal sudah ada Batik Tegal. Dimana Batik Tegal secara ciri dapat dilihat dalam bentuk Flora dan Fauna. ‘’Meski ada pengaruh dari Raja Amangkurat I dan R. A Kardinah dalam teknik membatik, namun corak dan motif Batik Tegal tetap memberikan perbedaan dari batik-batik daerah lain,’’ ujar Yono. Selasa (2/10).
Batik Tegal khususnya di Kalinyamat merupakan batik yang dihasilkan oleh warga setempat untuk kebutuhan khusus warga, seperti momen hajatan, baik pernikahan ataupun khitan. Masyarakat mempersiapkan batik-batik tersebut untuk dipakai sendiri. ‘’Awalnya tidak dijual, hanya untuk kebutuhan warga saya dalam menyambut hajatan di keluarganya, Lambat laut ketertarikan orang lain untuk memesan membuat daya tarik sendiri dalam memproduksi batik. Bisa dikatakan ada nilai jual dari batik Tegal, meski dalam proses pesannya memakan waktu hingga satu bulan penuh,’’ tambah Yono.
Batik Tegal dikenal dengan pola khas Flora dan Faona, kekhasan batik Tegal bukan hanya dalam motifnya saja namun cara pembuatan bisa dikatakan masih menggunakan pola lama atau primitif. ‘’Itulah yang menjadi nilai lebih dari Batik Tegal, nilai primitif dalam pembuatannya menjadi kekhasan tersendiri Batik Tegal. Sehingga pada yang memon ini, dalam hal ini Hari Batik Nasional saya berharap Batik Tegal terus terjaga dan dilesatarikan, ’’ pungkas Yono Daryono.
Dengan adanya batik Tegal, lambat laun mempengaruhi perputaran ekonomi bagi pengrajin batik di beberapa wilayah di Tegal, seperti Kalinyamat, Bandung, Randugunting dan daerah lainnya. Pengrajin batik Tegal terus bertambah dan produksi batik Tegal pun meningkat.
Salah satunya adalah Galeri Batik Maudy yang berada di Jalan Ababil nomor 38 dan 49 Randugunting Kecamatan Tegal Selatan, dengan menghadirkan lokasi workshop membatik dan gallery Batik Tegal mampu menyedot nilai ekomoni bagi pengarajin-pengrajin batik.
Galery Batik yang didirikan sejak tahun 2009 tersebut memiliki tujuh pengrajin batik yang setiap harinya mampu menghasilkan puliuhan batik Tegal, mulai dari teknik tulis, cap dan kombinasi. ‘’Proses pembuatan batik Tegal menggunakan teknik cap bisa menghasilkan 25 potong dalam sehari, sedangkan batik teknik tulis dalam satu minggu menghasilkan empat potong untuk masing-masing pengrajin,’’ ungkap Pengelola Batik Maudy Yunita Mutiara Sari.
Kualitas Batik Tegal saat ini, menurut Yunita terus di tingkatkan agar kualitasnya lebih baik, terutama dalam menentukan bahan. ‘’ Bahan yang digunakan sekarang adalah bahan Premis Super, bahan yang lebih nyaman dibadan. Penambahan minyak kacang dan soda pun kami lakukan akar kualitasnya makin baik,’’ katanya.